Pengertian Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang
dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau
karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang.
Karakteristik Barang Kena
Cukai
a)
Pemakaiannya berdampak negatif bagi masyarakat
b)
Berdampak negatif bagi lingkungan hidup
Oleh
karena karakteristik tersebut,maka
a)
Konsumsinya perlu dikendalikan
b)
Peredarannya perlu diawasi
c)
Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi Keadilan, Keseimbangan, dengan pengenaan Cukai berdasarkan
Undang-Undang Cukai.
Objek dan Subjek Cukai
Objek
Cukai
a)
Etil alkohol atau etanol dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses
pembuatannya;
b)
Minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dalam kadar berapapun, dengan tidak mengindahkan
bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat mengandung
etil alkohol;
c)
Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan
hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau
tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.
Dalam undang-undang cukai dimungkinkan
penambahan atau pengurangan jenis BKC yang disampaikan oleh Pemerintah ke DPR
yang membidangi Keuangan untuk mendapatkan persetujuan dan dimasukkan dalam
Rancangan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Subjek
Cukai
Subjek cukai adalah orang atau badan
hukum yang bertanggung jawab atas pungutan cukai, dalam undang-undang cukai
subjek yang dimaksud adalah;
a)
Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai (BKC).
b)
Pengusaha Tempat Penyimpanan Etil Alkohol (EA).
c)
Importir Barang Kena Cukai (BKC).
d)
Penyalur Etil Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol.
e)
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol.
Saat Terutang Cukai
Dalam
pasal 3 ayat (1) Undang-undang Cukai dinyatakan bahwa :
a)
BKC yang dibuat di Indonesia terutang cukai pada saat selesai dibuat menjadi Barang Kena Cukai.
b)
BKC yang berasal dari impor terutang cukai pada saat pemasukannya ke dalam Daerah Pabean Indonesia.
Saat Pelunasan Cukai
Pasal 7
ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
mengatur ketentuan mengenai saat pelunasan
cukai, yaitu :
a)
Untuk BKC yang dibuat di Indonesia, pelunasan cukainya dilakukan pada saat pengeluaran
BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan.
b)
Untuk BKC yang di impor, pelunasan cukainya dilakukan pada saat BKC tersebut dikeluarkan
dari Kawasan Pabean atas impor untuk dipakai.
Pelunasan Cukai
Pelunasan
Cukai dilaksanakan dengan cara :
a)
pembayaran ;
b)
pelekatan pita cukai ; atau
c)
pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya.
Pelunasan Cukai Dengan Cara
Pembayaran
pelunasan
cukai dengan cara pembayaran dilakukan atas BKC berupa :
a.
MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol sampai dengan 5% (lima
persen); dan
b.
Etil alkohol.
Pelunasan cukai dengan
cara pembayaran, dilakukan dengan membayar cukai sebelum BKC bersangkutan dikeluarkan dari Pabrik
atau Tempat Penyimpanan.
Pembayaran
cukai MMEA dalam negeri yang kadar etil alkoholnya tidak lebih dari 5% atau etil
alkohol yang dibuat di Indonesia dilakukan secara tunai dan dilaksanakan melalui
Bank Persepsi atau Kantor Pos Persepsi . Dikecualikan dari kewajiban pembayaran
tunai adalah Pengusaha Pabrik yang mendapat kemudahan pembayaran secara
berkala. Khusus untuk pembayaran cukai etil alkohol yang berasal dari impor
harus dilakukan melalui Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi.
Pelunasan Cukai dengan Cara
Pelekatan Pita Cukai
Pelunasan
cukai dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan atas BKC berupa :
a)
Hasil Tembakau (baik yang dibuat di
Indonesia atau yang diimpor);
b)
MMEA yang diimpor untuk dipakai di dalam
Daerah Pabean Indonesia.
c)
MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol lebih dari 5% (lima persen).
Pelekatan pita cukai oleh Pengusaha Pabrik dilakukan dengan cara melekatkan pita
cukai yang seharusnya dan dilekatkan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang
cukai, sebelum hasil tembakau atau MMEA dikeluarkan dari pabrik. Pelekatan pita
cukai oleh importir dilakukan dengan melekatkan pita cukai yang seharusnya
dilekatkan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang cukai, sebelum
diterbitkannya Surat Perintah Pengeluaran barang.
Lokasi Pelekatan Pita Cukai
a)
Untuk pelekatan pita cukai hasil tembakau dan MMEA yang dibuat di dalam negeri harus
dilakukan di dalam pabrik yang bersangkutan,
b)
Untuk hasil tembakau dan MMEA asal impor, dapat dilakukan di negara asal
barang, di tempat penimbunan sementara, dan/atau di tempat penimbunan berikat.
Penanggung Jawab atas Pungutan
Cukai
atas pungutan cukai bagi BKC produksi dalam negeri berada pada pengusaha pabrik
dan pengusaha tempat penyimpanan, sedangkan tanggung jawab cukai atas BKC impor
berada pada Importir atau fihak-fihak lain sesuai dengan undangundang
kepabeanan.
Fasiltas dibidang cukai
a)
Tidak dipungut cukai;
b)
Pembebasan Cukai dan;
c)
Kemudahan pembayaran berupa; penundaan dan berkala.
Penagihan dan pengembalian
cukai
a)
Utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya;
b)
Kekurangan cukai; dan/atau
c)
Sanksi administrasi berupa denda.
Utang
cukai, kekurangan cukai dan sanksi administrasi berupa denda wajib dibayar
paling lama 30 hari sejak tanggal diterimanya surat tagihan (STCK.1.), apabila
melebihi 30 hari, maka dikenai bunga sebesar 2% perbulan maksimal 24 bulan.
Perizinan
Kewajiban memiliki izin dan syarat-syarat
yang ditetapkan dalam undang-undang cukai serta peraturan pelaksanaannya harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum memulai usahanya. Izin dimaksud adalah berupa NPPBKC
(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai).
pengusaha-pengusaha
yang wajib memiliki NPPBKC adalah ;
a)
Pengusaha pabrik;
b)
Pengusaha Tempat Penyimpanan;
c)
Importir barang kena cukai;
d)
Penyalur; dan
e)
Pengusaha tempat penjualan eceran
Untuk mengetahui bagaimana cara penghitungan Cukai,
Klik Link di bawah ini:
Sumber:
Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai.
Surono.2010.Teknis Cukai.Jakarta:Pusdiklat Bea dan Cukai.
Semedi,Bambang.2011.Pengawasan dan Penindakan di Bidang Cukai.Jakarta:Pusdiklat Bea
dan Cukai.